G2 ESports Bertahan Menjadi Favorit dengan Terus Beradaptasi

G2 ESports

G2 ESports sudah menjadi salah satu tim yang diunggulkan untuk menjadi juara dalam turnamen League of Legends World Championship dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini mereka sedang mengikuti fase grup dari turnamen yang akan membawa tim yang lolos ke tahap final menjalani rangkaian pertandingan lanjutan di Prancis.

G2 ESports berhasil mencapai babak semifinal pada turnamen edisi sebelumnya yang diadakan di Incheon, Korea Selatan. Pada turnamen tersebut mereka disingkirkan oleh Invictus Gaming, tim yang pada akhirnya keluar sebagai juara, dengan mendapatkan tiga kekalahan secara beruntun. Tetapi perkembangan yang mereka tunjukkan selama ini membuat tim yang berbasis di Jerman itu tetap mempertahankan status mereka sebagai salah satu unggulan.

Performa dan perkembangan yang ditunjukkan oleh G2 dalam seri turnamen League of Legends membuat berbagai tim yang baru memulai karier mereka menganggap tim yang didirikan pada 2014 itu sebagai teladan yang ingin mereka contoh. Kembali melangkah secara jauh dalam turnamen edisi 2019 dapat membuat mereka kembali mendapatkan sorotan yang tinggi.

Walau mendapatkan sorotan yang tinggi dari kalangan pengamat E-Sports, Christopher “Duffman” Duff selaku kepala analis tim tersebut membuat gaya yang mereka gunakan sulit ditiru oleh tim lain. Adaptasi yang dilakukan sepanjang berlangsungnya pertandingan dibandingkan dengan permainan dalam sepak bola yang mengharuskan pemain mereka mengamati apa yang dilakukan oleh lawan mereka ketimbang mementingkan keinginan untuk menerapkan skema permainan tertentu secara statis.

“Tidak ada (tim lain yang dapat meniru permainan G2). Para pemain melakukan apa yang mereka inginkan saat bertanding dengan mengamati apa yang menjadi langkah terbaik yang dapat mereka lakukan dalam setiap situasi. Kemudian akan tiba tahap ketika satu orang menjadi pemimpin yang menentukan strategi yang harus diikuti oleh rekan-rekannya,” ujar Duffman dalam wawancara yang dikutip dari ESPN.

“Perbandingan yang cukup baik mungkin dengan sepak bola, gaya permainan yang fleksibel, jadi tidak ada pendekatan terhadap segala situasi hanya dengan satu cara yang dianggap selalu benar. Semua orang memberikan kontribusi dengan kemampuan terbaik mereka masing-masing. Kadang terdapat satu orang yang mengambil keputusan, yang dipercaya rekan-rekannya. Maka kami tidak mengikuti pendekatan meta, pemain yang juara, atau apapun secara khusus,” tambah Fabian “GrabbZ” Lohmann, pelatih kepala G2, dalam wawancara yang sama.

G2 menganggap bahwa gaya permainan yang mereka gunakan memang tidak terikat dengan satu cara. Namun mereka ingin agar cara seperti ini membuat tim-tim lain mendorong batas dari apa yang ditunjukkan dalam turnamen-turnamen lain dari gim dengan genre MOBA tersebut.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.