Rafael: Neymar Bukan Seorang Pemimpin

neymar

Bintang Paris Saint-Germain, Neymar, bukan pemimpin tim, dan ia harus menjadikan sepak bola sebagai prioritas utama jika ingin membawa Brasil mendapat kesuksesan, menurut mantan bek sayap Manchester United Rafael da Silva.

Neymar adalah pemain termahal di dunia setelah kepindahannya yang senilai 222 juta euro ke PSG pada 2017. Dan ia terus menjadi berita utama di tengah spekulasi tentang kemungkinan kembalinya dia ke juara La Liga Barcelona.

Kelakuan pemain itu di dalam dan di luar lapangan semakin disorot setelah ejekannya terhadap pemain Borussia Dortmund Erling Haaland dalam kemenangan PSG di babak 16 besar Liga Champions bulan lalu.

Rafael bermain bersama dengan Neymar pada Olimpiade 2012. Dan ia percaya pemain berusia 28 tahun itu dapat membawa Brasil menuju kemenangan, jika ia mendengarkan nasihat orang.

Brasil adalah salah satu favorit untuk memenangkan Piala Dunia 2018. Tetapi mereka tersingkir di perempat final sebelum mengklaim Copa America tahun lalu tanpa Neymar yang mengalami cedera pergelangan kaki.

“Kami membutuhkan Neymar, itu sudah pasti. Kami sangat membutuhkannya. Ia perlu meningkatkan banyak hal di luar lapangan. Itu penting bagi seorang pemain bola,” kata Rafael kepada ESPN.

“Dia perlu meningkatkan banyak hal di luar lapangan sebelum masuk ke dalam lapangan dan melakukan yang terbaik. Saya harap dia bisa melakukan itu dan jika dia melakukannya, kami memiliki peluang besar untuk menang.”

“Neymar bukan seorang pemimpin. Saya tidak berpikir dia seorang pemimpin. Itu bukan dia. Dia dapat melakukan hal-hal yang dia lakukan karena jika dia fokus dan berkonsentrasi, dia adalah pemain terbaik di dunia.”

Rafael menambahkan: “Sepak bola harus menjadi pilihan pertama dalam hidup dia. Ia memiliki banyak hal di sekelilingnya. Ada banyak hal yang perlu ia lakukan. Saya kenal dia dan saya sudah bermain dengannya. Saya tahu dia pria yang sulit untuk mendengarkan saran orang lain.”

“Saya mengatakan yang sebenarnya tetapi kadang-kadang orang tidak mau mendengarkan kebenaran. Mereka ingin orang mengatakan ‘kamu pemain bagus, kamu ajaib’. Mereka ingin mendengar semua hal yang baik tetapi hidup tidak seperti itu. Saya pikir dia perlu lebih banyak mendengarkan dan jika dia melakukannya akan sulit untuk menghentikan Brasil.”